ADVERTISEMENT
Kliksaja Maluku
No Result
View All Result
  • Home
  • Klik News Maluku
    • Politik
    • Ekonomi
    • Sosial Budaya
    • Hukum-Kriminal
    • Nasional
    • Regional
  • Opini
  • Klik Maluku TV
  • Klik-Talk
  • Special Klik
Kliksaja.co
  • Home
  • Klik News Maluku
    • Politik
    • Ekonomi
    • Sosial Budaya
    • Hukum-Kriminal
    • Nasional
    • Regional
  • Opini
  • Klik Maluku TV
  • Klik-Talk
  • Special Klik
No Result
View All Result
Kliksaja Maluku
No Result
View All Result
Home Politik

Guru Besar Universitas Nasional Australia Sebut Rezim Jokowi Lakukan Tindakan Represif Terhadap Kelompok Islamis

Wa Ode Mardhiyyah by Wa Ode Mardhiyyah
September 30, 2020
3 min read
0
11 Pemain Seri-A Genoa Positif Covid-19

Guru Besar Universitas Nasional Australia (ANU), Profesor Greg Fealy menyebut pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah bertindak represif terhadap kelompok Islamis.

Hal tersebut disampaikan oleh Greg Fealy dalam sebuah artikel yang diterbitkan oleh eastasiaforum.org, Minggu (27/09/2020).

Baca Juga

Polemik 3 Priode, AM Iqbal Parewangi : Jokowi Sebaiknya Legowo Mengundurkan Diri

Jurnalis Tofik Pram Luncurkan Halaman Pertama Anas Urbaningrum

Partai Bentukan Loyalis Anas Urbaningrum Sah Jadi Partai Politik

Dalam artikel yang berjudul “Jokowi’s Repressive Pluralism”, Greg menuliskan tindakan represif itu diarahkan kepada pegawai negeri, akademisi, hingga karyawan swasta dalam berbagai bentuk.

Greg menyebutkan mereka yang dianggap mencurigakan dimasukkan ke dalam daftar pantauan oleh badan keamanan negara.

“Beberapa Islamis telah disingkirkan dari posisi strategis atau ditolak promosi,” kata Greg.

Pemerintah Indonesia, menurut Greg, sering melihat kelompok Islamis sebagai ekstremis. Dalam kategori ini tidak hanya teroris dan pendukung ISIS, tetapi juga anggota atau simpatisan partai-partai Islam.

Salah satu kelompok yang mendapatkan stigma negatif adalah Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

“PKS memiliki catatan sempurna dalam bermain sesuai aturan permainan demokrasi, namun banyak anggota yang menjadi sasaran tindakan represif dan diskriminatif oleh negara,” terang Greg.

Tindakan represif yang dilakukan oleh pemerintahan Jokowi terhadap kelompok Islamis ini bertujuan agar mereka berhenti mengekspresikan pandangan keagamaan hingga menanggalkan keyakinan yang dianggap konservatif.

Greg mengungkapkan tindakan yang dilakukan oleh Pemerintahan Jokowi dilatarbelakangi oleh pandangan bahwa Islamisme sebagai ancaman eksistensial bagi Indonesia.

“Mereka menganggap para Islamis sebagai pemecah belah karena mereka berusaha untuk mengistimewakan Muslim dan hukum Islam di dalam negara dan masyarakat, dengan demikian menyangkal prinsip-prinsip yang mendasari negara itu. Pandangan ini dianut oleh organisasi Islam arus utama seperti Nahdlatul Ulama dan partai politik sekutunya yang merupakan bagian dari koalisi yang berkuasa,” lanjutnya.

Greg mengungkapkan bahwa Jokowi dan partai-partai pemerintahan sangat khawatir peristiwa 2016-2017 terulang kembali, yaitu ketika kelompok-kelompok Islamis memobilisasi ratusan ribu Muslim di jalan-jalan Jakarta untuk memprotes pernyataan gubernur Basuki Tjahaja Purnama yang diduga menghina Al-Qur’an.

Gubernur, yang tampaknya akan meraih kemenangan besar sebelum tuduhan penistaan agama, dikalahkan dalam pemilihan gubernur April 2017 dan kemudian dipenjara selama dua tahun.

Peristiwa ini meyakinkan banyak orang di pemerintahan bahwa tindakan bersama diperlukan untuk membalikkan gelombang Islamisme yang meningkat.

Memang, sebagian besar menteri percaya bahwa jika Islamisme tidak dibendung dan dinegasikan selama sisa tahun kepresidenan Jokowi, maka Islamisme akan menjadi sangat kuat dan susah dikendalikan.

Namun, Greg meragukan validitas pandangan pemerintahan Jokowi. Menurutnya, ekspresi konservatifisme Islam sedang berkembang di Indonesia, seperti halnya religiusitas konservatif yang meningkat di banyak negara Asia dan negara Barat lainnya. Tapi ini belum berdampak signifikan dalam kontestasi politik di Indonesia.

“Banyak Muslim konservatif menghindari politik praktis dan tidak ada partai Islam yang mampu memenangkan lebih dari 8 persen suara dalam empat pemilihan terakhir,” lanjut Greg.

Memang, kelompok Islamis mampu menjatuhkan mantan gubernur Jakarta non-Muslim, tapi kasus itu melibatkan penistaan, yang selalu menimbulkan emosi dan semangat yang berlipat, tapi biasanya dalam waktu yang singkat di jalanan. Sejak saat itu, gerakan Islamis terus berjuang namun gagal mengulang kesuksesan tahun 2016-2017.

Lebih buruk lagi bagi kelompok Islamis, kandidat presiden yang mereka dukung dalam pemilu 2014 dan 2019, Prabowo Subianto, tiba-tiba berubah haluan dengan bergabung pada pemerintahan baru Jokowi sebagai Menteri Pertahanan.

“Hal ini membuat kaum Islamis putus asa dan kacau. Jadi, sulit untuk mengatakan bahwa Islamisme membahayakan sistem politik Indonesia,” lanjut Greg.

Menurut Greg, jika Indonesia memang menghargai toleransi dan keragaman, ia harus menerima legitimasi wacana Islam dan kegiatan organisasi. Kebanyakan pandangan kelompok Islamis tidak bertentangan dengan hukum atau peraturan. Menekan Islamisme justru menekan ruang sipil dan membuat Indonesia kurang demokratis.

Tags: AsiaaustraliaISISJokowikelompok islamispkspolitik praktis
ShareTweetSend

Related Posts

Headline

Presiden Jokowi Memberikan Bantuan Modal Untuk Pedagang di Pasar Bintan Center

Januari 26, 2022
Headline

Presiden: Kereta Cepat Jakarta Bandung Pembangunannya Hampir 80 Persen

Januari 18, 2022
Headline

Presiden Jokowi Meminta Perguruan Tinggi Untuk Belajar Seluas-Luasnya

Januari 18, 2022
AS, Australia dan Jepang Bangun Kabel Bawah Laut di Pasifik
Internasional

AS, Australia dan Jepang Bangun Kabel Bawah Laut di Pasifik

Desember 13, 2021
4 Tewas dan 4 Luka-Luka dalam Ledakan Bom ISIS di Basra
Internasional

4 Tewas dan 4 Luka-Luka dalam Ledakan Bom ISIS di Basra

Desember 7, 2021
Diskusi Dialektika Institute: Membedah Doktrin Al-Wala dan Al-Bara yang Diadopsi ISIS
Headline

Diskusi Dialektika Institute: Membedah Doktrin Al-Wala dan Al-Bara yang Diadopsi ISIS

Desember 5, 2021
Leave Comment

AYOZAKAT

Terbaru

Reformasi Mental Pasca Ramadan

Reformasi Mental Pasca Ramadan

Mei 16, 2022
Kasus Anton Permana dan Wajah Penegakan Hukum di Indonesia

PSBM dan Mengenang Kebesaran Syeikh Yusuf di Afrika Selatan

Mei 15, 2022
Kasus Anton Permana dan Wajah Penegakan Hukum di Indonesia

Kasus Anton Permana dan Wajah Penegakan Hukum di Indonesia

Mei 9, 2022

KLIK MAGAZINE

Populer

  • Rusuh Liga Futsal Angkatan Odecima 2012 VS Estudiantes 2007, Pertandingan Tunda

    Rusuh Liga Futsal Angkatan Odecima 2012 VS Estudiantes 2007, Pertandingan Tunda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 2009 FRATERNITY TUMBANG DARI ESTUDIANTES 2007, ALVIN TUASALAMONY MAN OF THE MATCH

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kasus Pasien Positif COVID-19 di Sulbar Bertambah 46 orang, Terbanyak dari Mamasa

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Liga Futsal Angkatan Odecima 2012 VS Estudiantes 2007, Dilanjutkan Hari Ini, Tersebar E-Poster Odecima 2012 Menang Atas Estudiantes 2007 4-3

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nelayan Kodingareng Sayangkan Aksi Unjuk Rasa Walhi dan KIARA Berujung Anarkis

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Kliksaja Maluku

Kliksajamaluku.co, media online Maluku inspiratif dan aspiratif. Bagian dari Kliksaja.co network.

KONTAK»

Pos-pos Terbaru

  • Reformasi Mental Pasca Ramadan
  • PSBM dan Mengenang Kebesaran Syeikh Yusuf di Afrika Selatan
  • Kasus Anton Permana dan Wajah Penegakan Hukum di Indonesia

Kategori

  • Ekonomi
  • Ekonomi
  • Headline
  • Hukum-Kriminal
  • Internasional
  • Klik Maluku TV
  • Klik News Maluku
  • Klik-Talk
  • Nasional
  • Nasional
  • Opini
  • Politik
  • Regional
  • Sosial Budaya
  • Special Klik

© 2020 Kliksaja Maluku - Hak Cipta dilindungi Undang-undang.

No Result
View All Result
  • Home
  • Klik News Maluku
    • Politik
    • Ekonomi
    • Sosial Budaya
    • Hukum-Kriminal
    • Nasional
    • Regional
  • Opini
  • Klik Maluku TV
  • Klik-Talk
  • Special Klik

© 2020 Kliksaja Maluku - Hak Cipta dilindungi Undang-undang.

Close Ads X